"Ujug-ujug tiba-tiba datang sekonyong-konyong"
Tak ak ada kata sesal di akhir, tak ada waktu untuk melukir....
Cletuk kata "ujug ujug" atau "tiba-tiba" sudah sekian tahun usia saya.. itulah kata yang terucap saat kita tersadar bagi yang mengingat (atau mungkin lupa karena orang memberi selamat pada ulang tahunnya), ... sempat aku bertanya kepada seorang teman dengan usia diatas 40 tahun mereka mengatakan "ya mas rasanya baru sebentar saja meninggalkan masa muda...", demikian aku walau masih usia kepala tiga pun rasanya baru saja meninggalkan masa kuliah..., bagaimana perasaan mereka yang sudah usia diatas 50 tahun atau diatas 60 tahun... apakah sama.. apakah hanya sebentar saja meninggalkan masa-masa itu..., mari kita renungkan masa kanak-kanak kita sudah elwat berapa tahun?, masa remaja kita sudah lewat berapa tahun?, masa kuliah, saat menikah.. sebentar bukan..?., harusnya kalau kita tahu dan mengerti apa yang Allah Firman-kan :
قٰلَ
إِن
لَّبِثْتُمْ
إِلَّا
قَلِيلًا
ۖ
لَّوْ
أَنَّكُمْ
كُنتُمْ
تَعْلَمُونَ
|
|
|
|
|
|
|
"Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui"(QS 23:114)
Sebegitukah pendeknya kita tinggal dunia...?
Renungan ini mudah-mudahan menggugah kita untuk berbuat lebih baik, selalu introspeksi, istiqomah/konsisten dalam mengisi dunia ini.., dalam ibadah ikuti apa yang sudah ada tunutunannya urusan dunia mari kreatif, kembangkan ilmu pengetahuan seperti sabda Nabi “ Kamu lebih mengerti tentang urusan-urusan duniamu “.
Selamat berkarya di dunia, tapi jangan lupa waktu terus merenggut kita.., mudah-mudahan ayat ini selallu mengingatkan kita dimana saja di pasar-pasar, di kantor, di laut, di udara, di mall-mall, di majlis-masjil dan sebagainya.., Wallahua'lam.. (for Me - Bjm, 3 Feb 13)
HAKIM
Hakim terdiri dari tiga golongan. Dua golongan hakim masuk neraka dan
segolongan hakim lagi masuk surga. Yang masuk surga ialah yang
mengetahui kebenaran hukum dan mengadili dengan hukum tersebut. Bila
seorang hakim mengetahui yang haq tapi tidak mengadili dengan hukum
tersebut, bahkan bertindak zalim dalam memutuskan perkara, maka dia
masuk neraka. Yang segolongan lagi hakim yang bodoh, yang tidak
mengetahui yang haq dan memutuskan perkara berdasarkan kebodohannya,
maka dia juga masuk neraka. (HR. Abu Dawud dan Aththahawi)
Lidah seorang hakim berada di antara dua bara api sehingga dia menuju surga atau neraka.
(HR. Abu Na'im dan Adailami)
--------------------------------------------------------------------------------------------------
BERGANTINYA SIANG DAN MALAM
هُوَ
الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ
مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السّنِيْنَ وَالحِْسَابَ مَا خَلَقَ اللهُ
ذَلِكَ إِلاَّ بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الأيَاَتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ(5)
إِنَّ فِي اخْتِلافِ الْلَيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا خَلَقَ اللهُ فِي
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَأيَاتٍ لِقَوْمِ يَتَّقُونَ(6)
( Surah Yunus ayat 5-6 )
Terjemahan ayat :
Dia-lah
yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan
ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan
itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu).
Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak[1].
Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang
mengetahui. ( 5 ) Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan
pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda
(kekuasaan-Nya) bagi orang- orang yang bertakwa. ( 6 )
Berbuat Baik Pada Tetangga
عَنْ
اَبِى
شُرَيْحٍ
اْلخُزَعِيِّ
رض اَنَّ
النَّبِيَّ ص
قَالَ: مَنْ
كَانَ
يُؤْمِنُ بِاللهِ
وَ اْليَوْمِ
اْلآخِرِ
فَلْيُحْسِنْ
اِلَى
جَارِهِ، وَ
مَنْ كَانَ
يُؤْمِنُ
بِاللهِ وَ
اْليَوْمِ
اْلآخِرِ
فَلْيُكْرِمْ
ضَيْفَهُ، وَ
مَنْ كَانَ
يُؤْمِنُ بِاللهِ
وَ اْليَوْمِ
اْلآخِرِ
فَلْيَقُلْ
خَيْرًا اَوْ
لِيَسْكُتْ.
مسلم
Dari
Abu Syuraih Al-Khuza'i RA bahwasanya Nabi SAW telah bersabda, "Barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia berbuat baik
kepada tetangganya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka
hendaklah dia memuliakan tamunya. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan
hari akhir, maka hendaklah dia berkata yang baik atau diam". [HR. Muslim]
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Berbakti pada Orang Tua
وَ
وَصَّيْنَا
اْلاِنْسَانَ
بِوالِدَيْهِ،
حَمَلَتْهُ
اُمُّه
وَهْنًا عَلى
وَهْنٍ وَّ
فِصلُه فِيْ
عَامَيْنِ
اَنِ اشْكُرْ
لِيْ وَ
لِوالِدَيْكَ،
اِلَيَّ
اْلمَصِيْرُ. وَ
اِنْ
جَاهَدكَ
عَلى اَنْ
تُشْرِكَ
بِيْ مَا
لَيْسَ لَكَ
بِه عِلْمٌ
فَلاَ
تُطِعْهُمَا
وَ صَاحِبْهُمَا
فِى
الدُّنْيَا
مَعْرُوْفًا
وَّ اتَّبِعْ
سَبِيْلَ
مَنْ اَنَابَ
اِلَيَّ، ثُمَّ
اِلَيَّ
مَرْجِعُكُمْ
فَاُنَبّئُكُمْ
بِمَا
كُنْتُمْ
تَعْمَلُوْنَ. لقمان:14-15
Dan Kami perintahkan kepada manusia
(berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam
keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah
kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu
yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti
keduanya, dan bergaullah dengan keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah
jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Ku lah kembalimu, maka
Ku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. [QS. Luqman : 14-15]
Hadits-hadits Nabi SAW :
عَنْ
عَبْدِ اللهِ
بْنِ
مَسْعُوْدٍ
قَالَ: قُلْتُ:
يَا نَبِيَّ
اللهِ، اَيُّ
اْلاَعْمَالِ
اَقْرَبُ
اِلىَ
اْلجَنَّةِ؟
قَالَ: اَلصَّلاَةُ
عَلَى
مَوَاقِيْتِهَا.
قُلْتُ: وَ
مَا ذَا يَا
نَبِيَّ
اللهِ؟ قَالَ:
بِرُّ
اْلوَالِدَيْنِ.
قُلْتُ: وَ
مَا ذَا يَا
نَبِيَّ
اللهِ؟ قَالَ:
َاْلجِهَادُ
فِى سَبِيْلِ
اللهِ. مسلم 1: 89
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud, ia berkata : Aku bertanya, “Ya Nabiyallah, amal apakah yang
paling dekat kepada surga ?”. Beliau SAW bersabda, “Shalat pada waktunya”. Aku bertanya lagi, “Apa lagi ya Nabiyallah ?”. Beliau SAW bersabda, “Berbhakti kepada kedua orang tua”. Aku bertanya lagi, “Apa lagi ya Nabiyallah ?”. Beliau SAW bersabda, “Berjihad di jalan Allah”. [HR. Muslim juz 1, hal. 89]
عَنْ اَبِى
عَمْرِو
الشَّيْبَانِيّ
قَالَ: حَدَّثَنَا
صَاحِبُ
هذِهِ
الدَّارِ وَ
اَشَارَ
اِلىَ دَارِ
عَبْدِ
اللهِ، قَالَ:
سَأَلْتُ
النَّبِيَّ ص:
اَيُّ
اْلعَمَلِ
اَحَبُّ
اِلىَ اللهِ؟
قَالَ:
اَلصَّلاَةُ
عَلَى وَقْتِهَا.
قَالَ: ثُمَّ
اَيٌّ؟ قَالَ:
بِرُّ
اْلوَالِدَيْنِ.
قَالَ: ثُمَّ
اَيٌّ؟ قَالَ:
َاْلجِهَادُ
فِى سَبِيْلِ
اللهِ. قَالَ:
حَدَّثَنِى
بِهِنَّ رَسُوْلُ
اللهِ ص وَ
لَوِ
اسْتَزَدْتُهُ
لَزَادَنِى.
البخارى 1: 134
Dari Abu ‘Amr Asy-Syaibaniy, ia berkata : Telah
menceritakan kepada kami orang yang mempunyai rumah ini, ia sambil menunjuk ke
rumah ‘Abdullah
(bin Mas’ud).
‘Abdullah bin Mas’ud pernah bertanya kepada Nabi SAW, “Amal apakah yang paling dicintai
Allah ?”.
Nabi SAW menjawab, “Shalat pada waktunya”. Ia bertanya lagi, “Kemudian apa ?”. Beliau SAW menjawab, “Berbhakti kepada kedua orang tua”. Ia bertanya lagi, “Kemudian apa ?”. Beliau SAW bersabda, “Jihad di jalan Allah”. ‘Abdullah bin Mas’ud berkata, “Telah menceritakan kepadaku yang
demikian itu, yaitu Rasulullah SAW. Seandainya aku minta ditambah lagi, tentu
beliau akan menambah lagi kepadaku”. [HR. Bukhari juz 1, hal. 34]
عَنْ
عَبْدِ اللهِ
بْنِ عَمْرٍو
بْنِ اْلعَاصِ
قَالَ:
اَقْبَلَ
رَجُلٌ اِلىَ
نَبِيّ اللهِ
ص فَقَالَ:
اُبَايِعُكَ
عَلَى
اْلهِجْرَةِ
وَ
اْلجِهَادِ،
اَبْتَغِى
اْلاَجْرَ
مِنَ اللهِ.
قَالَ: فَهَلْ
مِنْ وَالِدَيْكَ
اَحَدٌ
حَيٌّ؟ قَالَ:
نَعَمْ، بَلْ
كِلاَهُمَا.
قَالَ:
فَتَبْتَغِى
اْلاَجْرَ
مِنَ اللهِ؟
قَالَ:
نَعَمْ.
قَالَ: فَارْجِعْ
اِلىَ
وَالِدَيْكَ،
فَاَحْسِنْ
صُحْبَتَهُمَا. مسلم 4: 1975
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Aash, ia berkata : Ada seorang
laki-laki datang kepada Nabi Allah SAW, lalu berkata, “Saya berbai’at kepada engkau untuk berhjrah dan
berjihad mencari pahala dari Allah”. Beliau SAW bertanya, “Apakah salah seorang diantara kedua
orang tuamu masih hidup ?”. Orang itu menjawab, “Ya, bahkan keduanya masih hidup”. Nabi SAW bertanya, “Apakah kamu akan mencari pahala dari
Allah ?”.
Orang itu menjawab, “Ya”.
Beliau SAW bersabda, “Kembalilah kepada kedua orang tuamu, dan berbhaktilah kepada
keduanya”. [HR.
Muslim juz 4, hal. 1975]
عَنْ
اَبِى
هُرَيْرَةَ
قَالَ: قَالَ
رَسُوْلُ
اللهِ ص: لاَ
يَجْزِى
وَلَدٌ
وَالِدًا اِلاَّ
اَنْ
يَجـِدَهُ
مَمْلُوْكًا
فَيَشْتَرِيَهُ
فَيُعْتِقَهُ.
مسلم 2: 1148
Dari Abu Hurairah
ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Seorang
anak tidak bisa membalas (kebaikan) orang tuanya, kecuali jika ia mendapatkan
orang tuanya sebagai budak, lalu ia membelinya dan memerdekakannya”. [HR. Muslim juz
2, hal. 1148]
عَنْ
اَبِى
اُمَامَةَ
اَنَّ
رَجُلاً
قَالَ: يَا
رَسُوْلَ
اللهِ مَا
حَقُّ
اْلوَالِدَيْنِ
عَلَى
وَلَدِهِمَا؟
قَالَ: هُمَا
جَنَّتُكَ وَ
نَارُكَ.
ابن ماجه 2: 1208
Dari Abu Umamah,
bahwasanya ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah, apakah
hak kedua orang tua atas anaknya ?”.
Beliau bersabda, “Pada
keduanya terletak surgamu atau nerakamu”.
[HR. Ibnu Majah juz 2, hal. 1208, dlaif, karena di dalam sanadnya ada perawi
yang bernama ‘Ali bin Yazid]
عَنْ اَبِى
هُرَيْرَةَ
قَالَ: قَالَ
رَجُلٌ: يَا
رَسُوْلَ
اللهِ، مَنْ
اَحَقُّ
بِحُسْنِ
الصُّحْبَةِ؟
قَالَ: اُمُّكَ،
ثُمَّ
اُمُّكَ،
ثُمَّ
اُمُّكَ،
ثُمَّ
اَبُوْكَ،
ثُمَّ
اَدْنَاكَ
اَدْنَاكَ. مسلم 4: 1974
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Ada
seorang laki-laki bertanya (kepada Rasulullah SAW), “Ya Rasulullah, siapakah orang yang
paling berhaq untuk saya santuni ?”. Beliau SAW bersabda, “Ibumu, kemudian ibumu, kemudian
ibumu, kemudian bapakmu. Kemudian orang yang paling dekat denganmu, kemudian
orang yang paling dekat denganmu”. [HR. Muslim juz 4, hal. 1974]
عَنْ اَبِى
هُرَيْرَةَ
رض قَالَ:
جَاءَ رَجُلٌ
اِلىَ
رَسُوْلِ اللهِ
ص فَقَالَ:
يَا رَسُوْلَ
اللهِ مَنْ
اَحَقُّ
بِحُسْنِ
صَحَابَتِى؟
قَالَ:
اُمُّكَ. قَالَ:
ثُمَّ مَنْ؟
قَالَ:
اُمُّكَ.
قَالَ: ثُمَّ
مَنْ؟ قَالَ:
اُمُّكَ.
قَالَ ثُمَّ
مَنْ؟ قَالَ:
ثُمَّ
اَبُوْكَ.
البخارى 7: 69
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata :
Ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW lalu bertanya, "Ya
Rasulullah, siapakah orang yang lebih berhaq saya santuni dengan baik ?".
Rasulullah SAW bersabda, "Ibumu". Laki-laki itu bertanya lagi,
"Kemudian siapa ?". Beliau SAW menjawab, "Ibumu". Laki-laki
itu bertanya lagi, "Kemudian siapa ?". Beliau menjawab,
"Ibumu". Laki-laki itu bertanya lagi, "Kemudian siapa ?".
Jawab beliau, "Kemudian bapakmu". [HR. Bukhari juz 7, hal. 69]
Wajib berbhakti kepada orang tua,
meskipun keduanya belum Islam
عَنْ
اَسْمَاءَ
بِنْتِ اَبِى
بَكْرٍ قَالَتْ:
قَدِمَتْ
عَلَيَّ
اُمّى وَ هِيَ
مُشْرِكَةٌ
فِى عَهْدِ
قُرَيْشٍ
اِذْ
عَاهَدَهُمْ.
فَاسْتَفْتَيْتُ
رَسُوْلَ
اللهِ ص.
فَقُلْتُ: يَا
رَسُوْلَ
اللهِ،
قَدِمَتْ
عَلَيَّ اُمّيْ
وَ هِيَ
رَاغِبَةٌ،
اَ فَاَصِلُ
اُمّى؟ قَالَ:
نَعَمْ،
صِلِى
اُمَّكِ. مسلم 2: 696
Dari Asma' binti Abu Bakar, ia
berkata, “Ibuku
datang kepadaku sedang dia itu masih musyrik. Hal itu terjadi pada masa Nabi
SAW mengadakan perjanjian dengan kaum Quraisy (tidak saling menyerang). Lalu
saya meminta pertimbangan atau fatwa kepada Rasulullah SAW. Aku berkata, “Sesungguhnya ibuku datang kepadaku
dengan mengharapkan kebhaktianku kepadanya. Maka apakah aku boleh berbuat baik
kepadanya ?". Beliau SAW bersabda, “Ya, tetaplah kamu menyambung hubungan
baik kepadanya".
[HR. Muslim juz 2, hal. 696]
Berbhakti kepada kedua orang tua yang sudah
meninggal dunia
عَنْ اَبِى
اُسَيْدٍ
مَالِكِ بْنِ
رَبِيْعَةَ
قَالَ:
بَيْنَمَا
نَحْنُ
عِنْدَ
النَّبِيّ ص
اِذْ جَاءَهُ
رَجُلٌ مِنْ
بَنِى سَلَمَةَ
فَقَالَ: يَا
رَسُوْلَ
اللهِ، أَ
بَقِيَ مِنْ
بِرّ
اَبَوَيَّ
شَيْءٌ
اَبَرُّهُمَا
بِهِ بَعْدَ
مَوْتِهِمَا؟
قَالَ:
نَعَمْ. اَلصَّلاَةُ
عَلَيْهِمَا،
وَ
اْلاِسْتِغْفَارُ
لَهُمَا، وَ
اِيْفَاءٌ
بِعُهُوْدِهِمَا
مِنْ بَعْدِ
مَوْتِهِمَا،
وَ اِكْرَامُ
صَدِيْقِهِمَا،
وَ صِلَةُ
الرَّحِمِ
الَّتِى لاَ
تُوْصَلُ
اِلاَّ
بِهِمَا. ابن
ماجه 2: 1208
Dari Abu Usaid Malik bin Rabi'ah, ia
berkata : Pada waktu kami di sisi Nabi SAW, tiba-tiba datang kepada beliau
seorang laki-laki dari Bani Salamah, lalu bertanya, "Ya Rasulullah, apakah
masih ada kesempatan berbhakti kepada kedua orang tua saya yang bisa saya
lakukan sesudah keduanya meninggal dunia ?". Beliau SAW menjawab, “Ya, masih ada. Yaitu menshalatkannya
(mendoakannya), memohonkan ampunan bagi mereka berdua, menyempurnakan
(melaksanakan) janji-janjinya sesudah mereka meninggal dunia, memulyakan shahabat-shahabat
keduanya dan menyambung persaudaraan yang kamu tidak menyambungnya kecuali
melalui keduanya".
[HR. Ibnu Majah juz 2, hal. 1208]
عَنْ اَبِى
هُرَيْرَةَ
اَنَّ
رَسُوْلَ اللهِ
ص قَالَ:
اِذَا مَاتَ
اْلاِنْسَانُ
انْقَطَعَ
عَنْهُ
عَمَلُهُ
اِلاَّ مِنْ
ثَلاَثَةٍ
اِلاَّ مِنْ
صَدَقَةٍ
جَارِيَةٍ
اَوْ عِلْمٍ
يُنْتَفَعُ
بِهِ اَوْ
وَلَدٍ صَالِحٍ
يَدْعُوْ
لَهُ. مسلم 3: 1255
Dari Abu Hurairah bahwasanya
Rasulullah SAW bersabda, “Apabila manusia meninggal dunia, maka terputuslah amal-amalnya
kecuali tiga hal. Yaitu : sedekah jariyah, atau ilmu yang dimanfa’atkan orang, atau anak shalih yang
mendoakannya".
[HR. Muslim juz 3, hal. 1255]