thinks thinks thinks thinks thinks thinks thinks thinks thinks thinks thinks thinks

Bersama Mentari

Mentari di pagi hari di lereng desa Karangrejo Karanganyar Jawa Tengah

Labirin Palaihari

Salah satu tempat wisata yang berada di agrowisata PKK Tambang Ulang, Kab. Tanah Laut Kalimantan Selatan

Wisata Bunga

Bunga yang cukup langka unik dan indah

Silaturahim Mudik 2012

Kegiata anak-anak saat berkunjung di Kota Karanganyar pada acara Silaturahim keluarga

Bukan Tukang Photo

Foto ini diambil must_eddy dalam perjalanan dari Pasar Apung kota Banjarmasin 8 September'16 di pagi hari (di https://www.flickr.com/photos/must_eddy)

Aku hanya mengikuti nenek moyang....

Mari kita perhatikan ayat berikut bagaimana cara beribadah orang-orang dahulu :

قَالُوْا نَـعْبُدُ اَصْنَامًا فَنَظَلُّ لَهَا عٰكِفِيْنَ
"Mereka menjawab, "Kami menyembah berhala-berhala dan kami senantiasa tekun menyembahnya."(QS. Asy-Syu'ara': Ayat 71).
قَالَ هَلْ يَسْمَعُوْنَكُمْ اِذْ تَدْعُوْنَ 
"Dia (Ibrahim) berkata, "Apakah mereka mendengarmu ketika kamu berdoa (kepadanya)?,"(QS. Asy-Syu'ara': Ayat 72)
اَوْ يَنْفَعُوْنَكُمْ اَوْ يَضُرُّوْنَ
"atau (dapatkah) mereka memberi manfaat atau mencelakakan kamu?""(QS. Asy-Syu'ara': Ayat 73)
قَالُوْا بَلْ وَجَدْنَاۤ اٰبَآءَنَا كَذٰلِكَ يَفْعَلُوْنَ
"Mereka menjawab, "Tidak, tetapi kami dapati nenek moyang kami berbuat begitu."(QS. Asy-Syu'ara': Ayat 74)

Ayat ini memberi gambaran bagaimana mindset beragama, Alhamdulillah kita masih terjaga dalam keyakinan tauhid sebagai fitrah kita karena bimbingan orangtua, yang perlu kita fikirkan apakah cukup sampai disini cara beragama kita, kita diajak  berproses, berpikir untuk taat bukan karena nenek moyang kita. Jadi jangan cepat-cepat mengatakan saya sudah beragama atau saya sudah beriman. Islam adalah agama yang logic tidak membuat sempit dan membuang belenggu atau beban yang ruwet seperti orang-orang terdahulu, peganglah kuat-kuat Al-Quran.

اَ لَّذِيْنَ يَتَّبِعُوْنَ الرَّسُوْلَ النَّبِيَّ الْاُمِّيَّ الَّذِيْ يَجِدُوْنَهٗ مَكْتُوْبًا عِنْدَهُمْ فِى التَّوْرٰٮةِ وَالْاِنْجِيْلِ  ۖ   يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهٰٮهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبٰتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبٰۤئِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ اِصْرَهُمْ وَالْاَغْلٰلَ الَّتِيْ كَانَتْ عَلَيْهِمْ    ؕ  فَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِهٖ وَعَزَّرُوْهُ وَنَصَرُوْهُ وَ اتَّبَـعُوا النُّوْرَ الَّذِيْۤ اُنْزِلَ مَعَهٗ ۤ   ۙ  اُولٰۤئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

Tafsir Al-Jalalain:
"(Yaitu orang-orang yang mengikut rasul, nabi yang ummi) yaitu Nabi Muhammad saw. (yang namanya mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka) lengkap dengan nama dan ciri-cirinya (yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik) dari apa yang sebelumnya diharamkan oleh syariat mereka (dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk) yaitu bangkai dan lain-lainnya (dan membuang dari mereka beban-beban) maksud tanggungan mereka (dan belenggu-belenggu) hal-hal yang berat (yang ada pada mereka) seperti bertobat dengan jalan membunuh diri dan memotong apa yang terkena oleh najis. (Maka orang-orang yang beriman kepadanya) dari kalangan mereka (memuliakannya) yaitu menghormatinya (menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya) yakni Alquran (mereka itulah orang-orang yang beruntung)." (QS. Al-A'raf: Ayat 157).
Demikianlah Al-Qur'an mengajak kita menjadi orang yang cerdas, merubah pola pikir, merubah taqlid membabi buta. 
 
Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?. (Al-Maidah:104).

Mereka menjawab: "Adalah sama saja bagi kami, apakah kamu memberi nasehat atau tidak memberi nasehat, agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu. (Asy Sua'ra:136-137).
 
Berpegang kepada tali (agama) Allah, maksudnya Al-Qur’an sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

اَلْقُرْانُ حَبْلُ اللهِ اْلمَتِيْنُ. لاَ تَنْقُصُ عَجَائِبُهُ وَ لاَ يَخْلَفُ عَلَى كَثْرَةِ الرَّدّ، مَنْ قَالَ بِهِ صَدَقَ وَ مَنْ عَمِلَ بِهِ رَشَدَ وَ مَنِ اعْتَصَمَ بِهِ هُدِيَ اِلىَ صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ. تفسير الكشاف 1: 306
Al-Qur’an itu merupakan tali Allah yang kuat, keajaibannya tidak pernah habis dan tidak membosankan sekalipun banyak yang diulang-ulang. Barangsiapa berkata dengannya, benarlah dia. Dan barangsiapa mengamalkannya, mendapatkan bimbingan. Dan orang yang berpegang teguh padanya mendapat hidayah ke jalan yang lurus. [Tafsir Al-Kasyaaf juz 1, hal. 306]

Dalam Al-Qur’an Allah SWT menyebutkan :

وَ اَنَّ هذَا صِرَاطِيْ مُسْتَقِيْمًا فَاتَّبِعُوْهُ، وَ لاَ تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيْلِه، ذلِكُمْ وَصّيكُمْ بِه لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ. الانعام: 153
Dan bahwa (Al-Qur’an) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia. Dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan yang lain yang akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu Kami washiyatkan kepadamu, agar kamu bertaqwa. 
[QS. Al-An’aam : 153] 

Demikian juga bila cara beragama kita  hanya berdasarkan pendapat atau tingkah laku ulama kita, guru kita. siapa saja dan dari mana saja entah dia raja atau rakyat jelata  (taqlid buta) dalam hal menghalalkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan mengharamkan apa yang telah dihalalkan oleh Allah atau bahkan seakan-akan  menjadikan Tuhan yang bisa memberikan manfaat dan mudharat berarti kita memiliki sifat mindset yang sama dengan orang-orang dahulu.

اِتَّخَذُوْۤا اَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ اَرْبَابًا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَالْمَسِيْحَ ابْنَ مَرْيَمَ  ۚ  وَمَاۤ اُمِرُوْۤا اِلَّا لِيَـعْبُدُوْۤا اِلٰهًا وَّاحِدًا  ۚ  لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ   ؕ  سُبْحٰنَهٗ عَمَّا يُشْرِكُوْنَ

"(Mereka menjadikan orang-orang alimnya) dimaksud adalah ulama-ulama Yahudi (dan rahib-rahib mereka) para pendeta Nasrani (sebagai tuhan selain Allah) karena para pengikut agama Yahudi dan Nasrani mengikuti mereka dalam hal menghalalkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan mengharamkan apa yang telah dihalalkan oleh-Nya (dan juga mereka mempertuhankan Almasih putra Maryam, padahal mereka tidak diperintahkan) oleh kitab Taurat dan kitab Injil mereka (melainkan hanya menyembah) maksudnya mereka disuruh supaya menyembah (Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan selain Dia, Maha Suci Allah) lafal subhaanahu mengandung arti menyucikan Allah (dari apa yang mereka persekutukan)."
(QS. At-Taubah: Ayat 31)



Dengan demikian dalam beragama jangan melihat "siapa yang mengatakan" tapi lihat "apa yang dikatakan",  Al-Quran yang akan membawa kita jalan yang jelas dan lurus, tidak terombang-ambing oleh banyak sedikitnya orang, siapa yang bilang tapi dasar hukum yang dipegang, dan semua itu didapat hanya dengan mengkaji Kitabullah, menghadiri majlis-majlis ilmu.

Ketika merasa menderita...



وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّعْبُدُ اللّٰهَ عَلٰى حَرْفٍ  ۚ  فَاِنْ اَصَابَهٗ خَيْرٌ  اِطْمَاَنَّ بِهٖ  ۚ  وَاِنْ اَصَابَتْهُ فِتْنَةُ اِنقَلَبَ عَلٰى وَجْهِهٖ  ۚ  خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةَ    ۗ  ذٰ لِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِيْنُ
"Dan di antara manusia ada yang menyembah Allah hanya di tepi, maka jika dia memperoleh kebajikan, dia merasa puas dan jika dia ditimpa suatu cobaan, dia berbalik ke belakang. Dia rugi di dunia dan di akhirat. Itulah kerugian yang nyata."
(QS. Al-Hajj 22: Ayat 11)

وَاِذَا مَسَّ الْاِنْسَانَ الضُّرُّ دَعَانَا لِجَنْۢبِهٖۤ اَوْ قَاعِدًا اَوْ قَآئِمًا ۚ فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُ ضُرَّهٗ مَرَّ كَاَنْ لَّمْ يَدْعُنَاۤ اِلٰى ضُرٍّ مَّسَّهٗ ؕ كَذٰلِكَ زُيِّنَ لِلْمُسْرِفِيْنَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
"Dan apabila manusia ditimpa bahaya, dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu darinya, dia kembali (ke jalan yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang yang melampaui batas apa yang mereka kerjakan." (QS. Yunus: Ayat 12)


Apakah kita pernah merasakan saat-saat kritis, saat dimana kita dalam posisi tidak berdaya, dalam tekanan bahaya, menderita atau terasa kematian mengancam diri kita, Saudara kita atau anak-anak kita saat di laut, di udara atau di darat?, pada saat itu tabiat manusia akan berdoa sekonyong-sekonyong membutuhkan Tuhannya dan berjanji menjadi orang yang bersyukur, tetapi ketika ancaman itu telah tiada dia akan kembali seperti semula.

Seperti kisah ini,

هُوَ الَّذِيْ يُسَيِّرُكُمْ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ ؕ حَتّٰۤى اِذَا كُنْتُمْ فِى الْفُلْكِ ۚ وَ جَرَيْنَ بِهِمْ بِرِيْحٍ طَيِّبَةٍ وَّفَرِحُوْا بِهَا جَآءَتْهَا رِيْحٌ عَاصِفٌ وَّجَآءَهُمُ الْمَوْجُ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ وَّظَنُّوْۤا اَنَّهُمْ اُحِيْطَ بِهِمْ ۙ دَعَوُا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَـهُ الدِّيْنَ ۙ  لَئِنْ اَنْجَيْتَـنَا مِنْ هٰذِهٖ لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الشّٰكِرِيْنَ
"Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan (dan berlayar) di lautan. Sehingga ketika kamu berada di dalam kapal, dan meluncurlah (kapal) itu membawa mereka (orang-orang yang ada di dalamnya) dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya; tiba-tiba datanglah badai dan gelombang menimpanya dari segenap penjuru, dan mereka mengira telah terkepung (bahaya), maka mereka berdoa dengan tulus ikhlas kepada Allah semata (seraya berkata), "Sekiranya Engkau menyelamatkan kami dari (bahaya) ini, pasti kami termasuk orang-orang yang bersyukur." (QS. Yunus: Ayat 22)

Content List

Loading ... sabar ya...
Widget by Blogger
Sugeng Pinanggih...
Welcome....

Blog ini adalah migrasi dari fambudi.multiply.com yang berakhir 31 Desember 2012. Harapan kami blog ini bisa digunakan untuk menulis berbagai hal seputar kehidupan ini meliputi sosial, ekonomi dan bisnis, budaya dan tidak kalah penting adalah ilmu.

Sebelumnya kami minta maaf apabila ada kata kata yang tidak berkenan kepada para pembaca semua.

Kebenaran adalah milik Allah dan kesalahan adalah saya karena sifat jahilnya.

"Sesungguhnya solat, ibadah, hidup dan mati hanya karena Allah"


-0- -0-