وَلَا تَقْفُ مَا لَـيْسَ لَـكَ بِهٖ عِلْمٌ ؕ اِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُوْلًا
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kami tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hatisemuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya " (QS. Al-Isra': Ayat 36)
Segala sesuatu itu perlu ilmu, ya karena tanpa ilmu tidak ada lampu tidak ada cahaya yang menerangi. Bayangkan saja kita akan melakukan perjalanan naik mobil sendiri ke Jakarta, apa saja yang perlu kita siapkan, coba kita rinci :
-
Bisa menyetir, tentunya kita perlu belajar menyetir mobil kepada siapa kita belajar ya tentunya ke ahlinya yang memahami bidang tersebut, kita kursus atau belajar kepada orang yang sudah berpengalaman menyetir mobil.
- SIM (Surat Ijin Mengemudi), kita tahu peraturan di Indonesia walaupun kita sudah bisa naik mobil tetapi tidak punya SIM ya tentu tidak di ijinkan karena nanti akan kena tilang, sehingga perlu belajar peraturan lalulintas, sehinga faham rambu-rambu lalulintas.
- Tahu rute perjalanan, sudah bisa naik mobil dan punya SIM belum cukup, perlu faham rute perjalanan yang aman dan nyaman, ilmunya ya bertanya dan mengikuti petunjuk perjalanan, bertanya pada orang, pakai teknologi maps, taati peraturan lalulintas.
-
Bekal, tidak kalah penting bekal perjalanan jangan lupa kita perlu uang untuk beli bahan bakar, makanan diperjalanan, sehingga kita perlu tahu ilmunya mana premium, mana solar berapa harganya biar tidak tertipu.
Konsekuensi bila kita melanggar aturan berlalulintas adalah kita akan kena tilang yang harus kita pertanggungjawabkan pada orang atau lembaga yang menentukan peraturan, karena bisa membahayakan diri sendiri dan membahayakan orang lain. Demilkianlah ilmu naik mobil ke Jakarta, tentunya pekerjaan-pekerjaan lain juga perlu ilmu. Demikian juga dengan ibadah, dalam ibadahpun kita jangan mengira-ngira, kata si fulan ini baik ini tidak, ini berdosa dan ini berpahala, semua perlu ilmu, bukan kata si fulan. Karena sesungguhnya "ini baik dan benar itu dari Allah bukan menurut angan-angan kita yang kosong" (An-Nisa' :123).
Sehingga kita tidak menjadi orang-orang seperti ini :
قُلْ هَلْ نُـنَبِّئُكُمْ بِالْاَخْسَرِيْنَ اَعْمَالًا
"(Katakanlah, "Apakah akan Kami beritahukan kepada kalian tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?)" lafal A'maalan menjadi Tamyiz atau keterangan pembeda yang bentuknya sama dengan Mumayyaz. Kemudian Allah swt. menjelaskan siapa mereka yang merugi itu, melalui firman berikutnya."
(QS. Al-Kahf: Ayat 103)
اَ لَّذِيْنَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُوْنَ اَنَّهُمْ يُحْسِنُوْنَ صُنْعًا
"(Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini) amal perbuatan mereka batil tidak diterima (sedangkan mereka menyangka) menduga (bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya) yang pasti mereka akan menerima pahala karenanya."
(QS. Al-Kahf: Ayat 104)
Allah SWT berfirman:
وَلَوْلَا فَضْلُ اللّٰهِ عَلَيْكَ وَرَحْمَتُهٗ لَهَمَّتْ طَّآئِفَةٌ مِّنْهُمْ اَنْ يُّضِلُّوْكَ ؕ وَمَا يُضِلُّوْنَ اِلَّاۤ اَنْفُسَهُمْ وَمَا يَضُرُّوْنَكَ مِنْ شَيْءٍ ؕ وَاَنْزَلَ اللّٰهُ عَلَيْكَ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَكَ مَا لَمْ تَكُنْ تَعْلَمُ ؕ وَكَانَ فَضْلُ اللّٰهِ عَلَيْكَ عَظِيْمًا
"Dan kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu (Muhammad), tentulah segolongan dari mereka berkeinginan keras untuk menyesatkanmu. Tetapi mereka hanya menyesatkan dirinya sendiri, dan tidak membahayakanmu sedikit pun. Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) dan Hikmah (Sunnah) kepadamu dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum engkau ketahui. Karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu itu sangat besar." (QS. An-Nisa': Ayat 113)
Demikianlah kita dituntut menjadi orang yang berilmu sehingga menjadi cerdas tidak mudah dikelabui orang lain. Ilmu dulu baru bertindak, karena apa yang kita lakukan mulai mata, pendengaran dan rajanya yaitu "hati" akan diminta pertanggungjawabanya, dan semua kembali ke kita seperti pengendara mobil di atas.